Aku dan Taman Baca Bernama Semesta Alam
Tak ada yang mati kali ini
Semua bernyawa dan sedang merasa
Seperti langit yang berlapang dada
Seperti pohon yang tegar
Seperti dedaunan yang menyapa
Seperti air yang menyejukkan
—
Aku, berdiri di antara ketidakpastian yang kekal
Sayup-sayup malam hadir menyertai kegelisahan
Namun, tetaplah suguhkan bunga yang paling cantik di setiap malam
Maka keindahan akan terus meliputi
—
Aku, bicara perihal rasa
Yang dengan tengilnya mengajakku bermain-main
Dan kehidupan menyaksikan kami
—
Biarlah kegelisahan membersamai udara malam
Biarlah keraguan tunduk di hadapan terik matahari
Biarlah kesedihan larut bersama hujan
Biarlah kekecewaan bertabur bersama bintang gemintang
Dan biarlah pula kegembiaraan dimiliki oleh hidup seutuhnya
—
Aku, ingin berpijak dengan gagah
Karena ramai dan sepi masih akan datang untuk dijajaki
Aku ingin merdeka dalam kelanaku
Karena tenang dan bising akan terus beriringan
Aku ingin memberi warna di setiap rasa
Karena keelokan diri mewarisi sebuah senyuman
“Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita.
Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam hidup itu sendiri.
Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam”Kahlil Gibran — Kisahku